Sabtu, September 27, 2008

Fenomena Mudik dan Arus Balik

oleh : Nilam Ramadhani

Seperti sebuah tradisi, tiap tahunnya menjelang lebaran Idul Fitri, mudik merupakan sebuah “keharusan” yang dilakukan masyarakat di Indonesia. Secara sederhana, mudik merupakan upaya kembalinya seseorang ke kampung halamannya. Bahkan jauh sebelum lebaran, beberapa tiket kereta, pesawat, kapal laut, dan bus antar propinsi sudah ludes dipesan. Entah tiket itu habis diborong oleh agen perjalanan ataupun para calo tiket, setidaknya mudik menjadi agenda tersendiri bagi masyarakat yang harus ditunaikan.
Lebaran seakan memberi kerinduan tersendiri kepada para perantau untuk kembali melihat kampung halaman dan keluarga di daerah asal. Maka tidak heran jika kita lihat di berbagai media cetak dan elektronik, peristiwa mudik menjadi sebuah headlines. Berbondong-bondong orang berkerumun (bahkan harus antre berjam-jam) di loket stasiun atau terminal misalnya, hanya untuk mendapatkan tiket pulang agar bisa cepat-cepat bersua dengan saudara di rumah. Segala lelah karena berdesakan dan menunggu, akan terbayarkan jika tanah kelahiran sudah diinjak nantinya.
Data dari Dirjen Perhubungan Udara Departemen Perhubungan menyebutkan, jumlah pemudik jalur udara tiap tahunnya semakin meningkat. Untuk jalur ini, pada lebaran 1429 H angka pemudik meningkat 10-15 persen. Hal ini berarti penumpang pesawat mencapai 2,3 juta orang perhari. Sedang tahun lalu hanya 2,1 juta seat perharinya. Belum lagi para pemudik yang memakai kendaraan roda dua alias sepeda motor. Dirjen Perhubungan Darat Dephub Iskandar Abubakar menyatakan, arus mudik yang menggunakan sepeda motor pada Lebaran tahun ini (2008) diperkirakan meningkat 18,09 persen dibanding tahun sebelumnya. Jika tahun lalu jumlah pemudik sepeda motor mencapai 2.122.697 kendaraan, Lebaran tahun ini akan menjadi 2.506.572 kendaraan (Jawa Pos,27/09/08). Ditengah mahalnya BBM dan melonjaknya harga sembako menjelang lebaran, hal ini yang mendorong sebagian besar warga mudik memakai motor. Faktor ekonomi menjadi pertimbangan utamanya dengan sedikit mengabaikan keselamatan jiwa.
Memang sangat ironis melihat para pemudik roda dua ini. Sejumlah kecelakaan terjadi pada para pemudik motor. Misalnya yang menimpa satu keluarga (4 orang) hingga tewas pada Oktober 2006 lalu. Keluarga ini mati mengenaskan setelah motor yang mereka kendarai dihantam sedan. Mereka berniat pulang kampung dengan beroda dua ke Ciamis Jawa Barat. Mungkin masih banyak lagi kejadian serupa yang tidak terekspos di media. Setidaknya kejadian itu memberitahu kita bahwa, pemerintah seharusnya lebih memperhatikan jalur transportasi darat yang rusak untuk segera diperbaiki. Terutama pada jalur-jalur besar dan alternatif yang menjadi lalu lintas para pemudik.
Jalan berlubang, rambu-rambu serta lampu lalu lintas yang rusak/tidak berfungsi, penjagaan jalur ramai dan rawan oleh pihak terkait, seharusnya menjadi prioritas utama layanan menjelang mudik lebaran. Hal ini tentu saja untuk mengurangi segala resiko kecelakaan dan menjaga kenyamanan seluruh pengguna jalan. Tujuannya tak lain adalah, agar momentum lebaran menjadi saat-saat berkumpulnya sebuah keluarga dan sanak saudara, bukan malah menjadi musibah yang memilukan. Kematian artis dan mantan anggota DPR dari FPDI-P Sopyan Sophian ditengarai karena menghindari jalan yang berlubang didaerah Sragen Jawa Tengah. Karena jalan yang berlubang inilah, resiko nyawa melayang taruhannya.
Apalagi disaat derasnya arus mudik lebaran, perhatian harus ditujukan pada (rakyat) pengguna jalan. Memang perilaku berkendara di jalan merupakan salah satu faktor meminimalisasi kecelakaan bermotor. Namun yang tak kalah penting, tradisi mudik harus menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah untuk memberi pelayanan transportasi. Terutama pengadaan armada kereta api dan bus serta kelayakan alat transportasi tersebut jika dioperasikan. Karena melihat kejadian yang sudah-sudah, banyak calon penumpang yang terlantar, berjubel, atau bahkan tidak bisa pulang kampung karena permasalahan ketidaksiapan alat transportasi. Lagi-lagi rakyat kecil yang jadi korbannya.
Solusi pembuatan posko darurat, tampaknya lebih masuk akal jika melihat semakin meningkatnya para pemudik di darat. Jumlah pengguna jalan non sepeda motor Lebaran tahun ini diperkirakan meningkat 4,61 persen dari 2007. Jumlah total kendaraan yang dipakai untuk Lebaran tahun lalu mencapai 1.808.150 kendaraan. Diperkirakan tahun ini jumlahnya meningkat menjadi 1.891.523 kendaraan. Rincian perkiraan jumlah mobil pribadi yang digunakan untuk mudik diperkirakan mencapai 1.284.488 kendaraan, bus besar (199.451), bus sedang (43.994), nonbus (64.464), truk dua as (263.395), serta truk tiga as (35.731)(Sumber : Dephub Darat). Karena semakin padatnya volume jalan akibat meningkatnya jumlah kendaraan itu, maka kelelahan dan gangguan kesehatan pengendara acapkali menghinggapi. Hal inilah juga yang dapat beresiko terjadinya kecelakaan di jalan. Maka demi mengatasi insiden yang tidak diharapkan, perlu dikerahkannya segenap personil untuk antisipasinya. Singkatnya, perlu adanya kesadaran pemerintah dan para pengguna jalan/pemudik agar tidak terjadi lagi peristiwa yang merugikan.
Kesigapan pada sektor transportasi jangan hanya berhenti pada taraf mudik. Setelah para pemudik memuaskan kerinduannya di kampung halaman bersama para kerabat dekat, mereka harus kembali lagi menjalani kehidupan di tempat rantau. Hal ini yang membuat pemerintah harus lebih intens mengantisipasi lonjakan arus balik. Arus balik tidak jauh berbeda dengan mudik. Artinya, konsistensi pelayanan bidang transportasi betul-betul dipertaruhkan. Selain faktor teknis di jalan, kelangkaan tiket (entah diborong calo atau agen perjalanan), serta kenaikannya juga harus tidak luput dari intervensi pemerintah untuk pengantisipasiannya. Karena banyaknya keluhan para pemakai jasa transportasi akan hal itu.
Berharap, segalanya berjalan dengan baik dan lancar. Untuk itu, memang diperlukan kesungguhan dan kesigapan dari pemerintah melalui departemennya yang terkait. Bukan untuk siapa, tapi demi keselamatan dan kenyamanan kita semua (terutama para pengguna jalan). Maka jika tingkat pemenuhan sarana transportasi pada taraf memuaskan, mudik dan arus balik akan menjadi momentum yang paling berkesan di hati masyarakat kita.
Semoga kita sekalian dipertemukan kembali pada indahnya bulan Ramadhan di tahun-tahun mendatang serta dapat berkumpul dengan keluarga di Hari Kemenangan. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H, Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir Bathin. Wassalam.
Cetak Halaman Ini

Posting yang Berkaitan