Minggu, November 02, 2008

Tangga dan Tetangga, Maksudnya ??

oleh : Nilam Ramadhani

Tangga (stair, bahasa inggris) memiliki definisi alat untuk mempermudah meraih sesuatu yang letaknya agak diatas, tempat untuk berpijak menuju keatas (undakan). Sedangkan tetangga, adalah orang-orang yang hidup berdampingan dengan kita di sekitar rumah. Lantas apa hubungan filosofis antara tangga dan tetangga?
Dalam hidup, kita harus terus membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Anjuran itu bukan tanpa alasan, namun lebih kepada sebuah perbuatan dan perlakuan yang terhitung sebagai ibadah. Untuk menjalin itu semua dibutuhkan sebuah tahapan-tahapan. Disinilah kita membutuhkan sebuah “tangga” untuk meraih itu semua.
Perihal yang pertama sekali dilakukan haruslah muncul dari kesadaran hati dan niat baik. Inilah kira-kira “tangga” pertama yang harus dipijak. Bermula dari dirilah semua akan menyebarkan dampaknya. Terkesan sederhana, namun cukup bijaksana :) .Lantaran sesuatu yang sederhana inilah, kebanyakan manusia lupa, lupa akan tugasnya hidup di dunia. Bukankah manusia itu dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin? Minimal, hendaknya harus bisa memimpin diri sendiri dulu. Maka dibutuhkan kemampuan (ability) sebagai self leadership.
Karena kita memiliki self-leadership inilah, semua tingkah laku dan kebiasaan (habits) bermuara kepada sebuah pembentukan karakter yang selalu ingin merajut hubungan baik dengan orang lain (tetangga).
“Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri “ (QS An Nisaa’ : 36).
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya” (HR Bukhari).
Atas dasar itulah, kita (manusia) harus terus memupuk tali persaudaraan dan silaturrahmi. Karena dari tangga yang terbawah kita melangkah, akan membawa kebaikan diri ini hingga ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu cinta-Nya!
Bahkan orang lawas dulu pernah berujar, “ Tetangga adalah keluarga yang paling dekat ”. Maksudnya, hanya tetanggalah yang pertama kali kerap datang membantu kita jika ada misalnya, kesusahan. Kalau bukan dengan tetangga, lantas kepada siapa kita pertama kali ingin meminta bantuan??
Tak peduli kita hidup dimana, tinggal di dimana, di daerah rantau kah, atau hanya sekedar singgah untuk bermalam saja. Semua manusia memiliki fitrah yang sama, mungkin yang agak berbeda hanyalah kadarnya. Lalu, maukah kita memiliki tingkatan kadar yang itu-itu saja? Itulah gunanya kita bersosialisasi dan berinteraksi. Tak perlu dengan terus-terusan begadang, atau cangkru’an di warung kopi, tapi cukup dengan mengawalinya dengan senyum dan salam…
Jangan salah, kedua hal sederhana itu efeknya cukup besar! Tidak percaya?? Silakan dicoba :) . Dari “tangga” yang simple itulah hendaknya hubungan relasional yang baik kepada tetangga dimulai. Syaikh Abu Muhammad Abu Jamrah mengatakan, “ Memelihara hubungan dengan tetangga termasuk bagian dari kesempurnaan iman. Orang-orang jahiliyah dulu juga memeliharanya. Dan pesan mengenai hal tersebut bisa diwujudkan melalui berbagai macam perbuatan baik sesuai dengan kemampuan, misalnya dengan memberi hadiah, mengucapkan salam, menampilkan wajah yang berseri-seri pada saat bertemu, memperhatikan keadaannya dan memberikan bantuan untuk hal-hal yang dibutuhkannya” (Syaikh Adnan Ath-Tarsyah, Menjadi Pria Sukses dan Dicintai).
Ketahuilah, bahwa tetangga juga memiliki hak, seperti diperlakukan dengan baik dan dengan keramahan. Karena hakekat hidup ini adalah memberi, bukan terus-terusan meminta apalagi memaksa. Jika manusia sudah berada pada tingkatan “memberi”, tentunya hal itu akan lebih membawa yang bersangkutan ke “tangga” yang lebih baik diatasnya. Jadi jangan pernah ragu untuk melangkah pada “tangga” yang akan membawa kita kepada kemurahan-Nya.
Manusia tidak akan pernah tahu, dengan apa mereka kelak akan ditolong atau bahkan digolongkan menjadi orang-orang yang merugi. Oleh karena itu, mulailah berbuat dengan menaiki “tangga” terbawah guna menapaki tingkatan yang lebih tinggi. Salah satunya dengan berbuat baik kepada tetangga.
Karena memperlakukan dengan baik tetangga dapat mengantarkan seseorang menuju “tangga” hidup yang mulia. Dengan “memancing” kecintaan kepada tetangga, berarti manusia telah mengarahkan dirinya sendiri kepada kecintaan oleh-Nya. Jika manusia sudah dicintai-Nya, hendaklah terus berupaya agar cinta itu membawa manusia menuju Surga-Nya.
Wassalam…

Cetak Halaman Ini

Posting yang Berkaitan