Selasa, Mei 12, 2009

Cyber Space, Tren Facebook dan Fenomena Jejaring Sosial


oleh : Nilam Ramadhani

Tidak dipungkiri lagi, internet saat ini memberi peran begitu besar terhadap sebuah bentuk komunikasi dunia maya. Era baru berkomunikasi ini betul-betul dilihat sebagai peluang bagi penyedia layanan jejaring sosial (social networking). Sudah lumayan banyak provider jejaring sosial yang beredar. Mulai dari mailing list Yahoo, Friendster, Hi5, Flixter, MySpace, dan yang paling popular saat ini yaitu Facebook. Anemo masyarakat internet dunia terhadap penggunaan aplikasi layanan ini bisa dibilang begitu fantastis. Untuk Facebook saja, di tahun 2009 ini Mark Zuckerberg sebagai CEOnya mengklaim pengguna Facebook sudah menembus angka 200 juta! Padahal Facebook baru dirilis pertama kali pada tanggal 4 Februari 2004. Di Indonesia sendiri, pertumbuhan pengguna Facebook sebesar 40% di tahun 2008. Hal itu sekaligus menempatkan Indonesia di posisi pertama sebagai negara dengan pertumbuhan anggota Facebook tercepat di dunia tahun 2008 (sumber : Google Trends).
Banyak fasilitas memang yang di berikan (embedded) pada aplikasi ini. Mulai dari yang standar seperti isi biodata, sekedar komentar, daftar teman, hingga upload foto, video, chat, tagging, dan memasukkan aplikasi. Dari segudang fasilitas yang diberikan itulah, fenomena jejaring sosial ini bermula. Jelas saja, dengan memasukkan gambar, biodata, dsb serta bersedia untuk membaginya ke seluruh user yang terhubung, menjadikan terbukanya “silaturrahmi” era baru. Banyak fakta yang menyebutkan bahwa dengan aplikasi jejaring sosial ini, sudah sejumlah orang yang sebelumnya tidak pernah bertemu, malah di dunia maya saling berjumpa. Yang sebelumnya hanya memiliki segelintir teman, menjadi lebih banyak kenalan setelah bergabung dengan layanan ini.
Bisa dibilang, fenomena jejaring sosial di dunia maya adalah bentuk lain dari wadah reunian para anggotanya. Pengalaman pribadipun menyatakan demikian. Banyak teman-teman lama yang sudah hitungan tahun tidak pernah kontak, dipertemukan dalam forum aplikasi jejaring sosial ini. Bahkan ada beberapa pihak yang sudah memasang iklan komersial di samping kiri-kanan dinding tampilan. Sehingga, dengan berbagai kemudahan dan variasi yang diberikan, semakin naik daun saja popularitas dari layanan itu. Tentunya hal tersebut membawa berkah tersendiri baik bagi pengembang dan pemakainya.
Tren social networking ini membawa penggunanya ke dalam sebuah komunitas yang benar-benar terbuka (open community), utamanya komunitas yang berbasiskan IT. Tidak hanya itu, Facebook juga begitu digandrungi oleh para politisi, termasuk di Indonesia. Karena selain lebih mudah menjaring suara dukungan ke para konstituennya, cara ini juga sangatlah murah. Tanpa harus merogoh gocek dalam-dalam untuk biaya iklan kampanye, cukup memakai aplikasi yang 100% gratis ini sebagai mediasi. Cara inilah yang dilakukan oleh Presiden AS Barrack Obama dalam berkampanye.
Memang banyak hal positif yang didapat ketika kita berinteraksi dengan software jejaring sosial ini, utamanya dalam menjalin komunikasi di dunia maya. Namun ada beberapa analisa yang menilai, keranjingan Facebook (facebookcholic) justru dapat mengganggu bentuk interaksi sosial secara nyata. Penyebabnya, karena pengguna sudah keasyikan berinteraktif-ria di depan komputer, hingga akhirnya dia tidak sempat untuk bersosialisasi dengan lingkungan nyata di sekitar, seperti tetangga. Untuk itulah, perlunya sebuah keseimbangan antara bersilaturrahmi di dunia maya dengan dunia nyata.
Selain itu yang perlu diwaspadai adalah informasi biodata diri, gambar, video, dll haruslah diperhitungkan ketika kita memasukkannya. Karena bisa saja ada pihak-pihak yang ingin menyalahgunakan segala informasi diri yang kita cantumkan itu. Misalnya pemalsuan identitas. Ingat, bergabung dalam aplikasi jejaring sosial berarti harus tahu konsekuensi terhadap informasi diri kita yang di publish. Apabila kita sudah yakin dengan informasi yang di masukkan, ya tidak perlu resah dong dengan berbagai kemungkinan tadi :).
Namun semuanya tetaplah dikembalikan kepada diri kita masing-masing. Yang paling penting adalah, bagaimana memaksimalkan hal-hal positif yang dapat dibangun dengan menjalin jejaring sosial di dunia maya. Selain itu juga dengan meminimalisir segala dampak negatif dari kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi nantinya. Jika perspektif untuk bergabung dengan layanan jejaring sosial telah mempertimbangkan adanya keseimbangan seluruh dampaknya, maka tak perlu risau akan pengaruh tidak baiknya. Semuanya akan lebih terasa menyenangkan. Tapi jangan lupa dengan tugas utama kita lho.. :). Selamat bersilaturrahmi…

Cetak Halaman Ini

Posting yang Berkaitan