Rabu, Desember 16, 2009

Sedikit Curhat tentang Facebook


oleh : Nilam Ramadhani

Membaca status, komentar dari teman yang sudah added di Beranda Facebook tidak jarang yang dapat membuat saya tertawa geli :). Bagaimana tidak, dari sekian banyak orang memberikan status dan komentar yang beragam. Yang paling lucu, Facebook sanggup membuat seseorang menjadi cemburu buta ketika komentar yang masuk dari lawan jenis yang secara foto profil terlihat cantik atau tampan.

Karena frekuensi komentar yang masuk inilah, bisa menjadi indikasi ada ketertarikan tertentu terhadap seseorang. Entah itu ketertarikan tujuan, kesamaan, atau hanya sekedar iseng-iseng biasa. Karena pada kenyataannya, ada seseorang yang memulai “hubungan” dari fenomena Facebook ini. Sungguh bermacam-macam memang.

Namun bagaimana jika hal itu tadi dapat memicu salah paham, provokasi, miskomunikasi, misartikulasi, dan misprediksi, karena hal-hal yang sebelumnya belum kita telusuri dengan jelas? Disinilah pentingnya sebuah “kedewasaan” dalam berinteraksi di dunia maya, khususnya Facebook.

Situs Facebook pada awalnya dibuat untuk tujuan menjaring teman, sahabat, dan orang-orang yang sebelumnya belum kita kenal agar menjadi satu jaring komunitas kekerabatan -kurang lebihnya seperti itu :) . Intinya mencari teman atau kawan lama yang sulit diketahui keberadaannya di dunia nyata, bersahabat baik dengan orang lain yang belum dikenal sebanyak-banyaknya, dan sebagainya.

Namun dalam perjalanannya, tujuan penggunaan situs Facebook banyak mengalami “modifikasi”. Malahan Facebook tidak hanya dipakai sebagai ajang mencari teman atau pasangan hidup, namun sudah menjadi media promosi dan iklan. Sah-sah saja memang, asalkan tetap memegang etika berdunia maya, sehingga eksistensi pengguna menjadi manfaat bagi pengguna yang lainnya.

Jika saja semua pengguna Facebook memiliki tingkat maturity (kematangan/kedewasaan) yang baik itu tidak menjadi masalah. Namun bagaimana jika sebaliknya? Faktanya, level maturity pengguna Facebook tidaklah sama. Nah, hal inilah yang dapat memicu perbedaan-perbedaan atau bahkan perdebatan antar penggunanya. Yang terjadi, Facebook bukan menjadi wadah untuk mencari teman, tapi menjadi tempat untuk “berperang”, saling menghujat, atau bahkan “Say Goodbye,Sayonara..”.

Dari pengamatan saya pribadi -dengan membaca status dan komentar dari orang-orang yang saya add, indikasi Facebook sebagai ajang “perpecahan” memang telah ada. Sungguh sangat disayangkan memang ketika sebuah hubungan baik menjadi kurang harmonis hanya karena komentar atau status yang bisa saja itu belum tentu benar adanya.

Memberi status, memasukkan komentar, memang itu semua terserah dari kita mau ditulis apa. Tapi juga perlu diingat, bahwa pemberian update status dan komentar juga harus memperhatikan efek atau akibat terhadap pengguna yang membaca status dan komentar itu. Karena status dan komentar tersebut dipublikasikan kepada sejumlah teman yang sudah kita add. Barangkali kalau teman yang kita add hanya satu orang misalnya, itu bukan masalah yang berarti ketika menuliskan status atau komentar yang sifatnya kontroversial. Namun bagaimana jika jumlah teman yang kita add ratusan atau bahkan ribuan? Rasanya perlu dipertimbangkan serta lebih selektif lagi dalam menuliskan status dan komentar.

Tulisan dengan dialog / berbicara secara langsung sangatlah berbeda. Kalau dua orang atau lebih berkomunikasi secara lisan face to face, ekspresi dan mimik wajah bisa kita kenali dengan gamblang. Ketika seseorang itu senang, gembira, sedih, marah, datar-datar saja, bisa kita ketahui dengan jelas ketika dialog yang dilakukan secara langsung lisan dan face to face. Tapi bagaimana dengan komunikasi tulisan?

Untuk menggambarkan sebuah ekspresi didalam tulisan memang ada beberapa cara. Kode ekspresi ini kita berikan agar menunjukkan “suasana” , maksud hati, dan kehendak ketika kita memberikan status atau komentar di Facebook dan sejenisnya. Tujuannya, agar orang lain yang membaca komentar kita itu bisa “melihat” ekspresi atau suasana hati sehingga tidak menimbulkan salah paham tadi.

Pemberian ekspresi itu bisa bermacam-macam, bisa dengan memanfaatkan tanda emoticon. Misalnya kita memasukkan tanda “ :) “ untuk menunjukkan komentar yang sifatnya senang, bercanda, atau tidak serius. Bisa juga dengan menambahkan kata-kata “ hehe..” atau “ haha..”. Hindari juga menuliskan komentar dengan huruf kapital atau huruf besar semua. Hal ini bisa diartikan sebagai sesuatu yang sangat serius, formil, atau bahkan terkesan kaku.

Pemberian ekspresi seperti diatas minimal dapat mengurangi adanya misunderstanding antar pengguna yang terhubung didalam pemberian komentar atau status. Yang tidak kalah penting tentunya adalah tingkat maturity ketika seseorang memutuskan untuk memasuki interaksi sosial di dunia maya. Sehingga, tujuan bergabung didalam situs jejaring sosial semisal Facebook benar-benar dapat memberi manfaat antar penggunanya. Bukan malahan menjadi media yang mencerai-beraikan antar penggunanya. Bukan itu kan tujuannya??
Semoga..

Cetak Halaman Ini

Posting yang Berkaitan



petunjuk tujuh mengatakan...

pertamaxxxxxxxx kak....
padha sae ?????
asli madura .....

Nilam Ramadhani mengatakan...

Tengs udah mau mampir..iya nih made in Madura :)