Kamis, Juni 18, 2009

29 Tahun Perjalanan Hidup dan Peran Dilahirkannya Manusia




oleh : Nilam Ramadhani

19 Juni 2009 adalah saat dimana aku sudah menginjakkan kaki selama 29 tahun di dunia ini. Waktu begitu cepatnya, hingga tanpa terasa sudah begitu banyak lembaran lalu yang masih membekas dalam ingatanku. Banyak orang mengatakan kalau moment itu disebut sebagai “Ulang Tahun”. Bagiku, dua kata itu yang sungguh membuat hati tertawa geli. Seolah waktu bisa diputar-putar ulang hingga tak berbatas. Pesta, traktiran, foya-foya, senang-senang, adalah sekumpulan hal yang sangat tidak relevan buatku dalam menyikapi “ritual ulang tahun”.

Kalau mau melihat ke belakang, begitu banyaknya dosa yang telah kulakukan, yang sangat tidak sebanding dengan kebaikan yang ingin dicapai. Semestinya aku juga sadar, semakin hari waktu di dunia ini menjadi semakin sedikit. Dengan waktu yang semakin sempit inilah, seharusnya aku memperbanyak memohon ampun kepada Allah Sang Maha Kuasa. Aku juga merasa masih banyak yang perlu dibenahi dalam diri ini. Memang, aku hanyalah manusia biasa yang masih penuh dengan kekhilafan dan kekurangan. Sehingga wajar saja kalau selama ini aku masih lebih banyak meminta daripada memberi kepada orang lain.

Saat ditanya tentang pilihan dalam hidup ini, tentu aku akan memilih setia kepada yang benar. Pengalaman lalu yang dapat menjerumuskanku ke dalam lubang kehinaan, semoga Engkau ampuni ya Rabb! Memang benar, Tuhan selalu menyayangi hamba-hambaNya yang mau memberi kesempatan kepada dirinya sendiri untuk berubah menjadi lebih baik. Tak kan kusia-siakan kesempatan ini. Untuk itulah, beri petunjukMu ya Rabb supaya aku bisa menjadi manusia yang dapat memberi manfaat kepada sesama. Karena aku yakin, dengan mengajarkan pengetahuan kepada orang lain dapat membuat hidup lebih bermakna. Kuanggap itulah jalan pilihan dalam hidupku. Dengan segala kekurangan ini, berilah kepadaku Ya Rabb ilmu yang bermanfaat, ilmu yang dapat menuntunku ke jalanMu yang lurus.

Bukan perkara mudah untuk melakukan semua itu. Dibutuhkan konsistensi dalam perjuangan. Memang belum banyak yang telah kulakukan, belum sempurna yang bisa kuperbuat. Tapi setidaknya, benih-benih itu sudah mulai aku tabur. Karena keyakinanku, tiap manusia memiliki peran yang berbeda ketika ia dilahirkan di dunia. Peran itu seharusnya memiliki andil besar dalam proses perubahan hidup diri dan orang lain ke arah yang lebih baik. Tidak ada kebaikan yang lebih baik selain kebaikan itu sendiri. Tapi kadang ada saja aral dan godaan tatkala niat baik sudah diluruskan. Jalan tak semulus yang dikira. Tapi hati kecilku membantah, ”Masa bodoh dengan kerikil itu! Menanam padi, rumput ilalang saja tumbuh, apalagi kalau menanam rumput, jangan harap padi ikut tumbuh!”.

Filosofi itu yang selalu aku pegang tatkala batu sandungan mulai menerpaku. Tak ada jalan yang lurus dan mulus bagi sosok manusia ketika ingin meraih kebahagiaan. Namun ketika diri sudah memahami bahwa hidup penuh dengan hitam dan putih, maka rintangan yang ada bukanlah sebuah alasan perjuangan bakal diakhiri. Aku juga bersyukur kepada Allah karena telah memiliki Ibunda, mendiang Ayahanda, Kakak, keluarga, sahabat, orang-orang dekat, yang begitu baik dan menginspirasi. Tanpa engkau-engkau semua, mungkin saat ini aku masih tersesat di hutan belantara penuh dosa dan luka. Tak ada yang lebih berarti selain sosok pribadi yang dapat mengerti dan memahami, baik dalam suka dan duka.

Sahabat telah banyak mengajariku tentang arti hidup yang sebenarnya. Sungguh sangat bertolak belakang dengan apa yang pernah kulakukan selama 29 tahun yang telah berlalu. Tak kan pernah lekang dari ingatan ketika dulu aku masih menjadi anak sekolahan. Yang bisanya hanya meminta uang saku, kiriman, dan sering membebani kedua orangtua. Sekarang aku baru tersadar, kalau mencari nafkah penghidupan itu tidak semudah meminta-minta. Betapa berdosanya bagi seorang anak yang kepandaiannya cuma meminta dan meminta kepada orangtua dengan berdalih untuk memanjakan dirinya. Mungkin bahkan sekarangpun hal itu masihlah sama dalam diriku. Pengalaman selama itulah yang banyak membuatku belajar. Karena sepahit apapun pengalaman di masa lampau, kadang akan menjadi penolong ketika dihadapkan dengan permasalahan hidup yang sama di masa kini dan mendatang.

Tak ada yang abadi. Hidup sebenarnya adalah memperbanyak memberi, sebab memberi pada hakikatnya adalah menerima. Karena kehidupan di dunia adalah sementara, maka segala bentuk kerakusan, haus kekuasaan, dan kesombongan tidak akan membawa manusia ke dalam keberkahan dan kedamaian. Semua akan kembali kepada Sang Pencipta manusia. Oleh karenanya, hanya kebaikan yang dapat membawa manusia kedalam keabadian kelak di akhirat.

Maka, di 29 tahun aku dilahirkan di dunia ini, ijinkanlah untukku meminta maaf kepada kalian orang-orang yang sangat kukasihi. Itulah manusia, penuh dengan kekhilafan dan kekeliruan. Tak selalu yang kulakukan benar, tak selamanya yang kuperbuat akan diterima. Untuk itu, di tengah perjalanan ini aku juga memohon kepada kalian untuk tidak lelah membimbingku, mengajariku. Ingatlah, peran manusia satu dengan yang lainnya tidak akan selalu sama. Yang seharusnya sama adalah dalam perbedaan peran itu hendaknya sama-sama menuju kepada keridhaan Ilahi. Karena dicintai oleh Sang Pencipta manusia adalah hakikat utama dalam kehidupan ini. Semoga...

Cetak Halaman Ini

Posting yang Berkaitan



fahmee mengatakan...

cepat2 sempurnakanlah separuh imanmu itu kawan...

Nilam Ramadhani mengatakan...

@Fahmi : trims atas doanya kawan..