oleh : Nilam Ramadhani
Perguruan tinggi (PT), baik negeri maupun swasta, saat ini dituntut untuk menjadi bagian daripada solusi (university as a solution) terkait alumninya yang akan terjun di masyarakat nantinya. Bagaimana tidak? PT yang dibangun oleh para akademisi intelektual seharusnya mampu memberi rumusan terkait segala permasalahan yang timbul yang berhubungan dengan keluaran alumninya,dan user yang akan memakai jasanya.
Tuntutan itu didasari oleh semakin meningkatnya pengangguran yang “dihasilkan” oleh PT tiap tahunnya. Kalau PT hanya mampu menghasilkan alumni tapi tidak bisa diserap oleh lapangan kerja, maka hal ini tentu akan menjadi masalah. Kita semua tidak ingin kan kalau PT itu menjadi bagian dari masalah? Maka PT harus menempuh langkah-langkah agar para alumninya bisa “laku” di bursa kerja. Salah satunya adalah dengan mengubah model pembelajaran. Jika sebelumnya pembelajaran hanya melibatkan proses berpikir saja, maka proses yang seharusnya ditambah adalah proses melakukan/bekerja. Jadi nantinya akan terjadi proses bekerja sambil belajar, yang menurut pakar pendidikan merupakan salah satu model pembelajaran terbaik.
Mengapa konsep bekerja sambil belajar adalah model pembelajaran terbaik? Kalau kita melihat sistem pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum di lembaga perguruan tinggi, tidak banyak sebenarnya prosentase matakuliah yang memberikan porsi untuk mencapai pembelajaran sambil bekerja. Bekerja disini diartikan sebagai bentuk implementasi dari kegiatan belajar di bangku kuliah yang diterapkan pada dunia kerja secara riil. Karena kebanyakan materi pembelajaran kuliah masih belum melihat dan menyentuh pada titik kebutuhan akan industri/dunia kerja.
Langkah awal untuk mendesain model pembelajaran yang sesuai permintaan pengguna, yaitu dengan membuat model rekruitmen calon mahasiswa yang melibatkan user pengguna jasa dari alumni mahasiswa tersebut. Selama ini proses penjaringan/rekruitmen dari calon mahasiswa hanya melibatkan pihak internal PT saja dan belum mengikutsertakan pihak eksternal seperti pengguna jasa. Dari keikutsertaan pengguna jasa inilah PT bisa merancang dan merumuskan sistem pembelajaran yang user-based.
Nah, apabila PT sudah mengetahui peta kebutuhan dari user yang akan memakai alumninya, maka hal ini menjadi point strategis untuk menyusun kurikulum yang tepat sasaran. Sehingga keluaran dari proses penyusunan kerangka pembelajaran ini akan menjadi simbiosis mutualisme antara PT,Alumni, dan Users. Hal ini diharapkan akan menjadi salah satu solusi bagi terserapnya alumni di dunia kerja sehingga akan menekan berkurangnya angka pengangguran terdidik.
Paradigma lama yang menyatakan bahwa sekolah/PT adalah tempat untuk menimba ilmu memanglah benar. Namun secara ideal, selain sebagai tempat untuk belajar, sekolah/PT seharusnya juga mampu untuk meningkatkan kemampuan bekerja melalui proses belajar tadi. Sehingga alumni nantinya betul-betul mampu bersaing dan bisa langsung bekerja tanpa perlu berlama-lama pada proses adaptasinya di tempat si alumni bekerja.
Untuk mencetak alumni berkualitas yang mudah diserap dunia kerja dan menjadikan lembaga memiliki kredibilitas di mata masyarakat, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh PT, diantaranya yaitu :
1. Komitmen untuk kualitas dan investasi strategis
PT yang berkualitas hendaknya harus memiliki komitmen untuk meningkatkan secara mutu sejumlah elemen akademik pembangun internal seperti dosen, sumber-sumber untuk belajar seperti referensi buku,koneksi internet,dan laboratorium teknis. Elemen inilah yang menjadi ujung tombak kekuatan mutu dari sebuah PT. Elemen ini juga yang harus terus di upgrade sebagai langkah investasi strategis dari sebuah PT yang mempunyai komitmen terhadap kualitas lembaga.
2. Membangun jejaring kerja dengan users
Selain meningkatkan kekuatan mutu di sisi internal, disaat yang sama PT juga harus membangun network dengan user. Tujuannya agar terjalin komunikasi dua arah dengan pihak pengguna yang informasi itu akan dipakai sebagai bahan acuan pertimbangan penyusunan sistem pembelajaran yang user-based. Selain itu agar para alumni nantinya tidak perlu susah-susah lagi dalam mengakses atau mencari pekerjaan karena sebelumnya sudah ada bentuk kesepakatan pengambilan tenaga kerja dari lulusan PT.
3. Menjalin dukungan dari pemerintah setempat
Pemerintah sebagai penguasa dan pembuat kebijakan hendaknya juga open-minded jika ada PT setempat yang memiliki inisiatif terhadap pengembangan daerah melalui sisi pendidikan sebagai muara cikal bakal perubahannya. Tanpa dukungan dari pemerintah setempat akan sulit rasanya bagi PT dalam proses pengembangan dan peningkatan terhadap mutu pendidikan yang akan dilakukan. Oleh karenanya, menjalin dukungan dari pemerintah setempat juga merupakan bagian tak terpisahkan bagi PT dalam merencanakan pelaksanaan pendidikan yang berkualitas. Sinergi inilah yang diharapkan mampu memberi kontribusi pada pembangunan daerah khususnya ketersediaan SDM yang mumpuni karena telah dibekali dengan modal keilmuan yang memadai.
Maka sudah sewajarnyalah jika PT menjadi bagian dari solusi terhadap segala permasalahan, yang dalam pengejawantahannya diperlukan sejumlah resources memadai. Peningkatan mutu merupakan salah satu cara terbaik untuk memberikan jawaban jangka panjang terhadap penyelenggaraan pendidikan yang implikasinya pada keluaran SDM berkualitas. Oleh karenanya, semua elemen yang memiliki kepedulian hendaknya memberikan kontribusi yang nyata dan sistematis. Sehingga istilah “University as a Solution” tidak sekedar menjadi wacana belaka, namun telah dilakukan dan memberi hasil yang memuaskan semua pihak.
Semoga..
(Surabaya,November-Desember 2011)
Cetak Halaman Ini
sepppp
salam blogroll :)
salam blogroll :)
trims semuanya,maaf baru merespon :)
Comment Form under post in blogger/blogspot