Rabu, April 22, 2009

Mengapa Berkuliah Kalau Sudah Dapat Kerja??


oleh : Nilam Ramadhani

Ada hal yang menarik ketika saya sedang berinteraksi dengan rekan-rekan mahasiswa di kampus. Karena kondisi ekonomi yang berbeda, terdapat beberapa mahasiswa yang memilih bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan kuliahnya. Dengan kata lain, mereka harus mandiri. Mandiri di dunia kerja, dan mandiri di bangku kuliah. Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk melakukan dua hal tersebut sekaligus. Paling tidak, harus dapat mengatur waktu dan menyiapkan tenaga ekstra agar konsentrasi tetap terjaga. Upaya itu supaya keduanya bisa berjalan sesuai ekspektasi. Karena bagaimanapun, bagi seorang yang biaya kuliahnya bergantung kepada pendapatan yang ia peroleh sendiri, keberhasilan adalah medali emas tak ternilai dari semua jerih payah yang telah dilaluinya.
Ketika mem-flashback masa kuliah dulu, memang terdapat beberapa kawan yang kuliah sambil bekerja (atau bekerja sambilannya kuliah??). Dari kawan-kawan itu, terdapat kecenderungan yang cukup signifikan yang saya amati. Ada yang masuk kuliahnya jarang-jarang, sesekali masuk dan seringkali bolos, ada yang terancam DO (drop out), bahkan ada yang “berani” mengundurkan diri. Analisa asal-asalan saya, mereka seperti itu karena sudah tahu enaknya pegang duit. Kalau dompet sudah tebal beraromakan uang, buat apa bersekolah, toh untuk sekolah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Namun perlu digarisbawahi, kawan saya yang demikian bukan berarti lemah di akademik, justru mereka-mereka itu punya otak yang encer. Sah-sah saja melakukan hal demikian, karena tiap manusia memiliki pilihan jalannya masing-masing kan ? :)
Memang banyak motif dan alasan setiap orang berkuliah. Ada yang sekedar ingin cari ijazah meskipun sudah bekerja. Alasannya, agar status level akademis yang tinggi sanggup menyokong karir di kedinasan. Tentu saja agar terjadi penyesuaian “tunjangan” sesuai strata pendidikan. Sebagian lagi berkuliah hanya karena ikut-ikutan teman. Ada juga yang kuliah agar betul-betul ingin mendapat ilmunya. Karena, ilmu yang bermanfaat dapat menaikkan derajat seseorang di mata Sang Pencipta. Kalau bermanfaatnya ilmu sudah ditabur, tak perlu risau rejeki tak menghampiri, karena hal itu semua telah dijamin oleh Pemilik Bumi, Langit beserta isinya (Allah).
Kalau menengok sejarah perjalanan hidup Bill Gates, pemilik Microsoft sekaligus orang terkaya di dunia, dia bukanlah seorang lulusan sarjana. Bill Gates hanyalah seorang mahasiswa drop out karena dulunya dia memang jarang sekali berkuliah. Namun bolosnya Bill Gates bukan karena dia malas, tapi karena tiap harinya Bill Gates hanya tidur 2-4 jam agar proyek perangkat lunaknya dapat diterima di sebuah perusahaan waktu itu. Jadi bisa dikata, Bill Gates meskipun hanyalah seorang drop out, tapi kejeniusannya bak profesor.
Bagi kita-kita yang memiliki tingkat kecerdasan rata-rata, akan lebih realistis kiranya untuk dapat menggali ilmu pengetahuan dari segala sisi, baik itu formal dan informal. Meskipun sejarah mencatat, bahwa banyak orang sukses bukan dari kalangan/lulusan sarjana, namun juga tidak ada justifikasi mutlak bahwa seseorang yang menempuh pendidikan disekolah tidak boleh berhasil. Hal tersebut dikarenakan, setiap individu memiliki tingkat “kenikmatan” yang berbeda ketika berada pada bidang kerja yang disukainya.
Point plus pantas diberikan memang ketika ada seseorang yang “rela” bekerja memeras keringat agar dapat menuntut ilmu di bangku kuliah. Ada paradigma lama yang menyatakan, “Kalau jaman dulu, bekerja agar bisa bersekolah, tapi sekarang, bersekolah agar bisa bekerja”. Memang tidak sepenuhnya salah jika beredar paradigma yang demikian. Karena, tolak ukur untuk sudut pandang itu sangatlah kompleks. Bisa karena sistem politik dan birokrasi, sistem pendidikan, atau bisa juga karena sistem dagang yang dianut di negara ini sehingga terjadilah hal yang seperti itu.
Kesimpulannya, kalau kita mengawali segala sesuatu dengan niat yang baik, yakinlah hal itu akan berbuah kebaikan. Dalam konteks bahasan diatas, banyak hal yang melatarbelakangi mengapa seseorang masih tidak puas dengan zona kenyamanannya. Artinya, tolak ukur hasil untuk tiap orang kadang tidak sama. Yang terpenting adalah, lakukan sesuatu untuk perubahan yang lebih baik, lalu perhatikan apa yang terjadi...
Wassalam...

Cetak Halaman Ini

Posting yang Berkaitan



Sri Fatmawati mengatakan...

kamu temen suhadi? dia juga temenku pas SD sampe SMA, dia dmn ya? kangen ma dia.